Wednesday, February 24, 2016

Karakteristik perilaku dan pribadi serta permasalahan orang dewasa



LAPORAN 1:
RENCANA WAWANCARA DAN DESKRIPSI WAWANCARA SESI 1
Off Campus Teaching atau yang lebih dikenal dengan OCT merupakan bagian dari perkuliahan yang dilaksanakan di luar kampus. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Pemajanan Dini (early exposure experience) yang dilaksanakan di Kota Garut. Dalam kegiatan ini setiap individu mendapatkan tugas dari mata kuliah Psikologi Orang Dewasa yang ditugaskan untuk mewawancara orang dewasa. Agar pembagiannya adil dilaksanakan dengan cara dibuat undian yang berisi tulisan mengenai fase-fase masa dewasa yaitu dewasa awal, dewasa madya atau dewasa akhir. Setelah setiap individu mengetahui fase orang dewasa yang akan diwawancara maka setiap individu juga mempersiapkan serta membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber mengenai karakteristik perilaku, permasalahan dan pribadi orang dewasa.
            Alasan saya mewawancara orang dewasa madya karena sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa pembagian tugas mewawancara itu dilaksanakan dengan cara diundi sehingga saya mendapat bagian dari undian itu adalah orang dewasa madya.
            Tujuan pelaksanaan wawancara ini yaitu untuk melaksanakan tugas akhir sebagai pengganti Ujian Akhir Semester dari mata kuliah Psikologi Orang Dewasa yang diampu oleh Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd. dan Dra. Setiawati, M.Pd.
            Kerangka wawancara yang akan diajukan kepada narasumber terbagi menjadi tiga sesi. Wawancara pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Mei 2015, pada pukul 09.18 WIB yang dilaksanakan di Mts Persatuan Islam 76 Tarogong. Wawancara ini dimulai dari perkenalan diri sendiri dan perkenalan narasumber, menjelaskan maksud dan tujuan melaksanakan wawancara. Kemudian menjelaskan mengenai tahapan wawancara yang terbagi menjadi tiga sesi yang dilaksanakan pada hari yang berbeda serta bertanya mengenai kesanggupan narasumber untuk mengikuti pelaksanaan wawancara sebanyak tiga sesi tersebut. Dan juga pada sesi pertama wawancara yaitu menggali karakteristik dan pribadi orang dewasa madaya itu. Pertanyaan yang diajukan yaitu: Nama lengkap bapak siapa? Apakah bapak sudah menikah? Sekarang bapak mempunyai anak berapa? apa riwayat pendidikan terakhir bapak? pekerjaan bapak sekarang apa? Bapak mengajar mata pelajaran apa? Selain mengajar aktivitas apa yang sering bapak lakukan? Pada tahun berapa bapak mulai mengajar di sekolah ini?
Wawancara karakteristik perilaku, permasalahan dan pribadi orang dewasa ini dilakukan kepada pak Endang yang lahir di Bandung pada tahun 1969, saat ini pak Endang berusia 46 tahun. Pak Endang sekarang tinggal di Rancabogo, 03/07 Desa Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut. Pak Endang bekerja sebagai seorang guru dengan mata pelajaran Akidah Akhlak di Mts Persatuan Islam 76 Tarogong, Garut. Pak Endang juga berstatus menikah yang dikaruniai 5 orang anak serta 1 orang cucu. Pak Endang lulus di Aliyah berusia 25 tahun karena pada waktu kelas 5 SD pak Endang mengulang lagi sekolah di MI menjadi kelas 1 lagi. Setelah lulus di MI pak Endang mengikuti pendidikan selama 1 tahun untuk masuk Tsanawiyah dan setelah itu langsung melanjutkan ke Aliyah pada tahun 1993. Setelah itu melanjutkan lagi pendidikannya di Sekolah Persatuan Islam Garut. Pak Endang hanya melajang selama 13 hari saja setelah menyelesaikan sekolahnya dan langsung menikah. Pak Endang mulai dipercaya untuk mengajar sejak kelas 1 Aliyah tetapi resmi diangkat menjadi guru tahun 1994. Pak Endang juga aktif dibeberapa organisasi seperti organisasi Persis cabang Tarogong, aktif di LPM desa, menjadi ketua kelompok tani di daerah Karang Pawitan, serta banyak berperan dalam Unit Usaha di desanya.
Rencana sesi kedua yaitu akan dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Mei 2015 sekitar pukul 08.30. Pada sesi ini akan lebih menggali mengenai permaslahan dan perilaku pak Endang. Pertanyaan yang akan diajukan megenai perubahan fisik dan agama. Pertanyaan itu diantaranya: apakah dengan usia yang sekarang bapak mengalami perubahan fisik? Apakah ada perbedaaan mengenai perubahan fisik dari masa muda dengan masa madya sekarang? Jika terjadi perubahan fisik, perubahan apa saja? Tanda-tanda apa yang dirasakan ketika terjadi perubahan fisik? Bagaiman dengan tinggi badan dan berat badan bapak? Bagaimana perbedaan kekuatan fisik dari masa muda dengan kekuatan fisik pada masa sekarang? Bagaimana dengan kondisi penglihatan dan pendengaran bapak pada masa sekarang? Apakah bapak memiliki masalah tentang tidur? Bagaimana jumlah jam total istirahat pada masa sekarang, apakah waktu untuk bangun yang dipergunakan menjadi meningkat? Apakah bapak suka dengan berolahraga? Jika suka, kegiatan olahraga apa yang sering bapak lakukan? Berapa kali dalam seminggu bapak melakukan kegiatan olahraga itu? Menurut bapak pribadi apa makna agama itu? Apa sih yang bapak rasakan ketika beragama? Manfaat agama bagi bapak secara pribadi apa? Sekarang ini kegiatan keberagamaan apa yang sering bapak lakukan selain ibadah yang wajib?
Dan pada sesi ketiga saya ingin mengetahui kesan dan pesan selama narasumber diwawancara dan diakhiri dengan penandatanganan bukti wawancara.

LAPORAN 2:
LAPORAN AKHIR WAWANCARA DAN KONSEPTUALISASI
Masa dewasa madya dimulai pada usia kurang lebih 40 sampai 60 atau 65 tahun. Usia dewasa madya merupakan usia transisi dari adulthood ke masa tua. Transisi itu terjadi baik pada fungsi fisik maupun psikisnya. Bagi sebagian besar orang, masa dewasa madya adalah masa dimana terjadi penurunan keterampilan fisik dan meluasnya tanggung jawab; sebuah periode dimana seseorang menjadi lebih sadar mengenai polaritas usia muda dan berkurangnya jumlah waktu yang masih tersisa di dalam hidup; suatu titik dimana seseorang berusaha meneruskan sesuatu yang bermakna kepada generasi selanjutnya; suatu masa dimana seseorang telah mencapai dan membina kepuasan dalam karirnya. Singkatnya masa dewasa madya mencakup ‘keseimangan antara pekerjaan dan tanggung jawab relasi di tengah-tengah perubahan fisik dan psikologis yang berlangsung seiring dengan proses penuaan’ Lachman (dalam Santrock, 2012, hlm. 75).
Karakteristik pada usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti karena usia madya ini akan mendekati masa dewasa akhir; usia madya merupakan usia transisi dimana seseorang akan mengalami perubahan secara jasmani; usia madya adalah usia canggung dimana seseorang yang berusia madya bukan “muda” lagi, tapi bukan juga tua; serta usia madya juga merupakan masa evaluasi, menurut Archer (dalam Hurlock, 1980, hlm. 232) mengatakan bahwa “usia madya nampaknya menuntut perkembangan perasaan yang lebih nyata dan berbeda dari orang lain”.
Menurut Hurlock karakteristik pada masa dewasa madya yaitu, aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indera, dan mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang belum pernah dialami dan tugas-tugas perkembangan yang meliputi memantapkan pengamalan ajaran agama, mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara, membantu anak remaja belajar dewasa, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan pada aspek fisik, mencapai dan mempertahankan prestasi karier, memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.
Dari penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa setiap orang pasti akan sampai pada masa perkembangan dewasa madya dimana akan terjadinya  terjadinya kemunduran fungsi sel-sel atau organ tubuh sehingga kinerja gerak, kesehatan, pola pikir dan sebagainya mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil wawancara, pak Endang mengungkapkan bahwa banyak sekali terjadi perubahan perkembangan secara fisik, gairah bekerja yang banyak mengalami perubahan, dan semangat kerja pun yang dahulunya pekerja keras yang menguras banyak tenaga dan pikiran sejak masa sekarang mulai menurun. Secara fisik pak Endang masih terlihat sehat namun menurut pak Endang pada usia sekarang ini banyak penurunan fisik yang terjadi karena mungkin sudah waktunya. Seperti pada kulit yang sudah mulai kendur. Ini membuktikan bahwa terjadinya perubahan sel-sel yang mulai menurun sehingga membuat kulit menjadi tidak kencang lagi. Biasanya tanda-tanda penuaan akan terlihat pertama kali di usia empat puluhan atau lima puluhan. Kulit mulai berkerut dan mengendur karena kehilangan lemak dan kolagen yang terletak di bawah jaringan kulit, Farage & kawan-kawan (dalam Santrock, 2012, hlm. 77). Perubahan ini dapat mendeskripsikan bahwa rentan usia seseorang dapat mempengaruhi kondisi fisik.
Di usia paruh baya beberapa aspek dalam tidur menjadi lebih bermasalah, McCrae & Dubyak (dalam Santrock, 2012, hlm. 80). Dahulu ketika pak Endang sering bergadang bahkan tidak tidur sekalipun selama dua hari itu bukanlah sebuah masalah, namun ketika sekarang pak Endang kurang tidur, pak Endang sering kali merasakan cape dan lelah.
Menurut Hoyer & Roodin, (dalam Santrock, 2012, hlm. 77). Pada masa dewasa madya, tinggi tubuh setiap individu dapat mengalami penyusutan, sementara berat tubuh bertambah. Pada usianya yang sekarang pak Endang juga mengalami peningkatan berat badan yang sangat jauh berbeda dibandingkan dengan masa mudanya, namun pak Endang mengatakan bahwa tidak semua orang mengalami peningkatan berat badan.
Menurut Doran & kawan-kawan, (dalam Santrock, 2012, hlm. 78) istilah sarcopenia merujuk pada kehilangan massa otot dan kekuatan. Fungsi puncak dari sendi-sendi biasanya terjadi pada usia duapuluh tahunan. Pada masa dewasa madya bantalan yang diperlukan untuk pergerakan tulang seperti otot menjadi kurang efisien, pada masa ini sendi menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan. Teori ini sesuai sekali dengan hasil wawancara terhadap pak Endang, bahwa kekuatan, daya tahan, dan kelenturan sendi pak Endang sudah mulai terjadi penurunan dbandingkan pada masa dewasa awal, dimana pada masa dewasa awal sangat banyak aktivitas-aktivitas yang dapat pak Endang lakukan, namun sekarang tidak semua aktivitas dapat dilakukan terutama aktivitas yang berat. Hal tersebut disebabkan karena faktor usia yang semakin bertambah, akan tetapi pada saat ini pak Endang masih cukup gesit dan dapat bergerak dengan normal dalam melakukan aktifitasnya, hanya saja tidak selincah seperti pada masa mudanya. Secara umum menurunnanya kesegaran fisik dan memburuknya kesehatan dimulai pada usia pertengahan emapatpuluh tahunan, yang terdapat penigkatan dan ketidakabsahan yang berlangsung sangat cepat, (Hurlock, 1980, hal. 328)
Perubahan yang paling merpotkan dan nampak terdapat pada mata dan telinga, perubahan fungsional dan generatif pada mata berakibat mengecilnya bundaran kecil pada anak mata, mengurangnya ketajaman mata. Kebanyakan orang yang berusia madya mengalami presbiopi, yaitu kehilangan secara berangsur-angsur akomodasi lensa mata sebagai akibat dari menurunnya elastisitas lensa mata. Antara umur empatpuluh sampai limapuluh tahunan daya akomodasi lensa mata biasanya tidak mampu untuk melihat dengan jarak dekat sehingga terpaksa harus memakai kacamata, Hurlock (1980, hal. 327). Dilihat dari hasil wawancara, perkembangan sensori pak Endang yang mencakup penglihatannya dapat dideskripsikan bahwa kesehatan penglihatannya sudah mulai menurun jika dibandingkan dengan usia mudanya karena penglihatannya sudah mulai tidak jelas yang disebabkan oleh gangguan silindris pada matanya. Pada matanya, pak Endang merasakan ketika membaca dengan jarak yang dekat memakai kacamata pak Endang melihatnya kurang jelas tapi objek yang jauh kelihatan, sedangkan jika tidak memakai kacamata pak Endang merasa jelas saat membaca tetapi objek yang jauh tidak kelihatan Pada perkembangan sensoris yang mencakup pendengaran, pak Endang masih dapat mendengar dengan baik, namun jika dibandingkan dengan masa mudanya ada sedikit perubahan. Asesmen auditori mengidentifikasikan bahwa kehilangan pendengaran pada usia 50 persen terjadi pada individu usia 50 tahun ke atas Flower & Leigh-Paffenroth (dalam Santrock, 2012, hlm. 78). Hal tersebut terjadi mula-mula kepekaan terhadap nada tinggi menjadi berkurang, kemudian menurun secara drastis sesuai dengan meningkatnya usia, Hurlock (1980,  hal. 327)..
Perkembangan kesehatannya juga telah terjadi penurunan, seperti pada saat ini hanya mudah lelah yang dirasakan terbukti dalam wawancara beliau berkata bahwa sekarang tidak banyak melakukan aktivitas yang berat dibandingkan pada usia mudanya. Namun sampai saat ini ia sehat-sehat saja tanpa mempunyai penyakit kronis.
Sehingga pada masa dewasa madya ini pak Endang berkata bahwa dengan usia yang sekarang pak Endang tidak mau dibebani oleh pikiran yang berat-berat. Pak Endang hanya ingin menikmati kehidupan dimasa sekarang dan seterusnya.
Agama adalah ajaran, keyakinan, kepercayaan, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME. Agama telah menjadi sumber pegangan hidup  banyak orang, termasuk salah satunya adalah pak Endang yang menganut ajaran Islam. Agama menjadikan umat Islam mempunyai petunjuk untuk melakukan jalan yang benar dan lurus.
Menurut Frankl (dalam Santrock, 2012, hlm. 97)  menyebutkan tiga kualitas yang hanya dimiliki oleh manusia yakni spiritualitas, kebebasan dan tanggung jawab. Menurut Frankl manusia perlu mengajukan prtanyaaan kepada dirinya sendiri seperti mengapa mereka ada?. Dari hasil wawancara, pak Endang  mengatakan bahwa manusia berada dimuka bumi ini tidak semata-mata diciptakan melainkan untuk beribadah kepada Allah, oleh karena itu manusia beragama. Pak Endang merasakan bahwa selama beragama itu adalah sebagai rahmat dari Allah SWT walaupun orang yang tidak beragama lebih bebas namun apa yang dilakukannya itu akan menjadi sia-sia bukan sebagai ibadah sedangkan orang yang beragama itu melakukan sesuatu sebagai suatu ibadah contohnya saja ketika minum. Orang yang beragama ketika minum dianggap sebagai ibadah selama minum dengan cara yang baik dan itu menuruti aturan yang benar sedangkan orang yang tidak beragama yang minum tidak memiliki nilai sama sekali. Sehingga manfaat beragama itu sudah jels adanya sudah jelas ada. Karena Allah SWT tidak semata-mata menciptakan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Nya. Menurut ia manfaat beragama itu menemukan kesenangan yang tidak bisa dinilai dan tidak bisa disamakan dengan orang lain. Seperti orang yang beragama Hindu mungkin akan merasa nyaman karena itu agamanya apalagi agama Islam yang notabennya adalah agama satu-satunya yang akan diterima di sisi Allah karena kita mempunya keyakinan itu, sehingga akan ada perasaan nyaman dan akan menimbulkan makna tersendiri. Jadi menurutnya makna beragama itu tergantung pada seseorang yang beragama. Walaupun orang Islam, seseorang tidak akan merasa dekat dengan Allah jika dalam beragama kurang dalam ilmunya berbeda dengan orang yang banyak ilmunya yang kemudian diamalkan, ia akan merasa nyaman dan dekat bersama Allah SWT.
Roy Baumeister & Kathleen Vohs (dalam Santrock, 2012, hlm. 97) menyatakan bahwa pertanyaan yang menyangkut makna hidup dapat dipahami menurut empat kebutuhan akan makna beragama, yang nantinya akan akan membimbing bagaimana membuat makna dari hidup itu sendiri: 1) kebutuhan dan keterarahan; 2) kebutuhan akan nilai; 3) kebutuhan akan penghayatan terhadap efficacy; 4) kebutuhan akan nilai diri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan pak Endang ketika melakukan wawancara, bahwa dengan beragama hidup kita menjadi terarah untuk hidup ke masa depan karena memiliki sebuah aturan, semua yang kita kerjakan tidak pernah sia-sia melainkan semua itu memiliki nilai dan dianggap sebagai sebuah ibadah kepada Allah SWT, dengan beragama seseorang dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak, serta dengan beragama seseorang akan menemukan pemaknaan dalam hidupnya yang merasa sehat secara fisik dan merasa lebih bahagia daripada mereka yang belum menemukan makna hidup karena tidak beragama.

LAPORAN 3: EVALUASI DIRI
Alasan saya memilih tentang perubahan fisik karena biasanya di fase dewasa madya banyak sekali perubahan fisik yang tampak, ini disebabkan karena fase dewasa madya merupakan fase transisi antara fase dewasa awal dan dewasa akhir.  Dengan mengetahui semua tentang perubahan fisik di fase dewasa madya mungkin saya dapat melakukan tindakan prepentif sebelum memasuki fase dewasa madya itu.
Saya juga memilih tentang agama karena saya ingin mengetahui seberapa penting makna, manfaat agama bagi orang yang sedang berada dalam fase dewasa madya dan untuk mengetahui kuantitas agama pada fase ewasa madya dibandingkan dengan mada masa mudanya.
Wawancara dengan pak Endang ini merupakan wawancara yang dilakukan pertama kalinya selama saya berada dibangku perkuliahan. Wawancara sesi pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2015, pada pukul 09.18 WIB di Mts Persatuan Islam 76 Tarogong, pada sesi pertama adalah sesi perkenalan untuk mengetahui latar belakang serta menggali karakteristik perilaku dan pribadi narasumber, sesi pertama hanya sampai 9 menit saja dan tidak terlalu banyak yang diceritakan karena narasumber terlihat sangat buru-buru, sehingga pertanyaan yang diajukan pada sesi pertama tidak sesuai dengan daftar pertanyaan yang dibuat sebelumnya karena masih ada pertanyaan-pertanyaan yang belum tersampaikan. Dalam wawancara sesi pertama saya merasa tata letak ruang dan posisi duduk saat wawancara terlalu formal mungkin karena dengan seorang guru melakukan wawancaranya sehingga pada saat wawancara terasa kaku. Suasana pada saat wawancara pada sesi pertama tidak terlalu nyaman karena saat wawancara bertepatan dengan jam istirahat para siswa, jadi suasananya sedikit gaduh sehingga apa yang dibicarakan tidak teralu jelas.
Sesi wawancara yang kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Mei 2015 sekitar pukul 08.30 WIB yang membahas tentang inti dari tugas yang diberikan yaitu menggali permasalahan perilaku dan pribadi narasumber tentang perubahan fisik dan agama. Sesi kedua ini dilaksanakan dengan sesi ketiga dan hanya berlangsung kira-kira 20 menit saja. Suasana pada saat wawancara sesi kedua lumayan nyaman karena wawancara dilakukan di ruangan yang kosong yang jauh dari kelas-kelas.
Pada saat wawancara berlangsung saya sering kali berseloroh dan juga sedikit gugup. Saat wawancara saya pun jarang melilhat ke arah kamera. Ada sesi dimana saya dan narasumber saling terdiam. Dan banyak pertanyaan yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan serta pada saat pertama wawancara tidak memakai pertanyaan tetutup terlebih dahulu. Pada saat narasumber selesai menjawab pada sesi pertama tidak cepat tanggap atau tidak cepat memerikan pertanyaan selanjutnya.
Menurut teman saya kekuatan yang saya miliki selama proses wawancara yaitu dapat memberikan respon dengan senyuman dan menganggukan kepala, mendengarkan dengan penuh perhatian dan juga empati.
Rencana perbaikan apabila mendapatkan tugas untuk wawncara saya akan mempersiapkan lebih baik dari pada wawancara sekarang, berusaha untuk mengurangi rasa gugup dan mengurangi berseloroh. Berusaha lebih akrab dengan narasumber supaya narasumber bisa lebih terbuka dalam wawancara. Memperaiki sikap pada saat berlangsungnya wawancara.


SESI 1

Dini
:
“Assalamu’alaikum wr.wb”.
Pak Endang
:
“Wa’alaikumsalam wr. wb”.
Dini
:
“Perkenalkan, nama saya Dini Karlina Mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia, disini saya mendapatkan tugas dari mata kuliah Psikologi Orang Dewasa untuk mewawancari dewasa madya, wawancara ini terdiri dari 3 sesi, yang mungkin bisa dilaksanakan hari ini, besok dan lusa”.
Pak Endang
:
“Bagaimana kalau dilaksanakan hari ini dan besok saja, karena lusa saya ada acara”.
Dini
:
“Baik pak, wawancara ini kita laksanakan 2 sesi saja berarti ya, hari ini dan besok, kita mulai saja ya Pak pada sesi pertama yaitu perkenalan, kalau boleh tau nama lengkap bapak siapa?”.
Pak Endang
:
“Nama lengkap Endang Suryana, asli Bandung, lahir tahun 1969 katanya, karena awalnya saya tidak tahu maklum saya orang daerah. Lahir ditahun 1969-kan karena dulu tidak mempunyai kartu keluarga”.
Pak Endang
:
“apakah bapak sudah menikah?”.
Dini
:
“Sekarang bapak punya anak berapa?”.
Pak Endang
:
“Anak baru 5, dan cucu baru lahir tadi malam”.

:
“Bisa bapak certakan riwayat pendidikannya?”.
Pak Endang
:
“Mungkin saya berbeda dengan yang lain, orang lain itu 25 tahun sudah kuliah dan saya baru lulus Aliyah. Mengapa demikian? Karena ya memang dari faktor keadaan ya mungkin pendidikan kurang dianggap penting. Sejarahnya ya lumayan panjang. Dulu SD sampai kelas 5 selanjutnya masuk MI kelas satu yang mestinya kelas 6 mengulang lagi dari awal. Masuk 1 tahun utuk masuk Tsanawiyah, masuk tsanawiyah 3 tahun lalu masuk Aliyah pada tahun 1991. Kemudian meneruskan lagi di sekolah Persatuan Islam Garut”.
Dini
:
“pekerjaan bapak sekarang apa”
Pak Endang
:
“ya seperti inilah, saya disini mengajar”.
Dini
:
“Bapak mengajar mata pelajaran apa?”
Pak Endang
:
“Saya disini mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak”.
Dini

“Selain mengajar aktivitas apa lagi yang sering bapak lakukan?”.
Pak Endang

Saya aktif dibeberapa organisasi seperti organisasi Persis cabang Tarogong, aktif juga di LPM desa, terus menjadi ketua kelompok tani di daerah Karang Pawitan, dan juga banyak berperan dalam Unit Usaha di desanya”.
Dini

“Bapak mulai mengajar di MTs Persis pada tahun berapa?”.
Pak Endang

“Lulus Aliyah kan tahun 1993, mulai mengajar ya 1994, tapi kan sebetulnya pada tahun 1991 juga sudah mulai mengajar, pada waktu kelas 1 Aliyah sudah di percaya untuk mengajar karena dianggapnya mungkin mampu oleh pesantren disini. Jadi saya diperbantukan mengajr disini pada tahun 1991 dan resmi diangkat menjadi guru pada  tahun 1994”.


“Segitu sudah cukup ya, maaf saya sedang ada keperluan dulu, mungkin besok bisa dilanjutkan”.
Dini

“Oh, iya pak terima kasih atas waktunya ya, semoga besok kita bisa ketemu kembali, assalamu’alaikum”.
Pak Endang

“Iya, amin, wa’alaikumsalam”.


SESI 2 DAN SESI 3



Dini
:
“Assalamu’alaikum wr.wb, allhamdullilah kita bisa bertemu kembali ya pak di acara wawancara ini”.
Pak Endang
:
“Sekarang wawancara ke dua dan ketiga ya, soalnya saya besok ada acara”.
Dini
:
“Iya pak. Setelah kemarin perkenalan, disini saya akan sedikit bertanya tentang perkembangan fisik dan agama. Saya ingin bertanya kepada bapak, apakah di usia yang sekarang bapak mengalami perubahan fisik?”.
Pak Endang
:
“Ya, jelas ya karena itu mungkin manusiawi dan memang alami. Dari mulai seiring dengan perkembangannya, manusia semakin tua usianya secara fisik mengalami perubahan dari yang asalnya kulitnya kencang sekarang meotan (keriput). Ari meotan mah acan tapi secara gairah kerja sudah mengalami perubahan.  Dari masih mudah kan egois dan idealis namun sekarang sudah ada bijak-bijaknya. Kenapa sampai ada kebijakan? Karena sesuai kemampuan kita. Kalau kita dulu idealis supaya menjadikan anak menjadi idealis, karena kita menunjangnya juga sangat keras dan  mampu  untuk mengidealiskan anak dan mengidealkan sesuatu. Kalau sekarang ya mungkin untuk ke idealis itu penunjangnya tidak memenuhi karena mengalami perubahan sehingga munculah kebijakan-keijakan. Yang dulu ketika salah ya salah, karena kitanya juga dulu 100%, nah sekarang terbentur dengan fisik tadi yang semakin melemah dan ada hambatan-hambatan. Kalau dulu kurang tidur juga ya merasa biasa saja. Ketika masih jadi anak muda tidak tidur semalam atau dua malam masih bisa dan kuat namun sekarang kurang tidur saja terasa cape lelah dan lainnya”.
Dini
:
“Bagaimana dengan berat badan bapak sekarang?”.
Pak Endang
:
“Dulu saya paling tinggi dikisaran 65 dan paling-paling tinggi 75, sekarang berjalan saja saya merasa berat sekalipun olahraga dipacu, kadang-kadang saya berjalan digunung untuk mengeluarkan keringat dan juga bulutangkis seminggu 2 kali, namun kemarin berat badan menjadi 80.  Namun kan tidak semua orang yang menginjak usia tua selalu berat kan”.
Dini
:
“Terus bagaimana dengan penglihatan bapa itu sendiri?”.
Pak Endang
:
“Nah kalau penglihatan saya merasa aneh, kalau melihat yang cantik pasti jelas. Tapi sekarang saya mengali silindris, dulu memang normal dan sekarang ada perubahan, kalau membaca dekat memakai kacamata kurang enak tapi yang jauh kelihatan sedangkan kalau tidak memakai kacamata enak membaca tapi yang jauh tidak kelihatan”.
Dini
:
“Kalau tentang pendengaran bapak bagaimana?”.
Pak Endang
:
“Kalau dibanding-banding sama dulu memang ya bebeda, tapi anehnya saya tidak bisa tidur ketika ada yang berisik ya mungkin masih bisa mendengar dengan baik”.
Dini
:
“Bagaimana dengan masalah tidur bapak?”.
Pak Endang
:
“Kalau anak muda tidur dimanapun dan kapanpun juga bisa, namun sekarang tidak bisa kalau tidur lebih dari jam 12 malam dan jiika tidur lebih dari jam 12 ujung-ujungnya saya sakit. Dan juga sekarang ketika mempunyai anak yag masih kecil juga menjadi hambatan untuk tidur, apalagi kalau anak sedang sakit”.
Dini
:
Áktivitas bapak dari yang dulu dengan sekarang apakah ada perubahan? Misalnya banyak dulu atau banyak sekarang?”.
Pak Endang
:
“Yang jelas bisa dikatakan banyak dulu bisa, banyak sekarang.... ya kalau banyak sekarang maunya karena fisiknya terasa menurun, hanya rasanya dalam pikiran itu ingin menikmati kehidupan, dalam artian pokoknya tidak mau dibebani dengan beban yang berat-berat. Kalau dulu apapun asal ada orang yang mempercayai sekalipun kita belum bisa berusaha untuk selalu bisa karena dulu saya orang yang paling muda yang bergabung di dalam pimpinan pesantren. Pernah menjadi kepala pondok dan pada saat itu mengurus anak 300-400. Dulu kontak person itu hanya satu dan harus melayani semuanya sehinggs 24 jam harus melayani. Dan tidak merasa tidak ada masalah karena dulu masih fit. Dan aktivitas dari dulu hingga sekarang hapir sebanding namun maunya sekarang tidak mau beban yang keras-keras”.
Dini
:
“Jadi dapat disimpulkan bahwa bapak mengalami perubahan fisik namun tidak jauh terlalu  berbeda dengan dulu”.
Pak Endang
:
“Iya jelas, perasaan saya masih tetapi saya sudah mempunyai cucu, namun ketika kita tidak sadar akan diri seolah-olah tidak terasa. Tapi kn sekarang tenaga sudah mulai berkurang, kemampuan berfikir juga sudah mulai menurun, idealnya kan orang yang sering belajar semakin pintar tapi nyatanya kan berbeda-beda. Wallahu a’lam”.
Dini
:
“Selanjutnya saya akan bertanya mengenai agama, menurut bapak pribadi apa sih makna agama itu?”.
Pak Endang
:
“Kalau menurut saya, makna agama itu adalah aturan yang memang sudah tersurat”.
Dini
:
“Apa sih yang bapak rasakan ketika beragama?”.
Pak Endang
:
“Yang jelas, yang dirasakan oleh saya khususnya dalam agama islam itu merupakan rohmatan bagi semua alam. Hanya kita bisa membandingkan kalau orang yang beragama memiliki aturan walaupun secara detail orang yang tidak beragama mereka lebih bebas, artinya lebih bebas bersenang-senang serta pola kehidupannya demi dunia tapi apalah semua itu hanya sia-sia. Karena hidup beragama itu punya makna artinya ketika orang yang tidak beragama minum dan orang yang beragama minum hanya nilai minum itulah yang berbeda. Mungkin orang yang tiak beragama mungkin hanya sebatas minum namun orang yang beragama minum mempunyai makna artinya beribadah mempunyai nilai, mempunyai penghargaan dari Allah selama minumnya itu mengikuti aturan”.  
Dini
:
“Kalau manfaat agama bagi bapak secara pribadi apa?
Pak Endang
:
Agama bagi kehidupan itu ya jelas karena manusia itu tidak semata-mata diciptakan melainkan untuk beribadah. Manfaatnya yamenemukan kesenangan yang tidak bisa dinilai dan tidak bisa disamakan dengan orang lain. Karena semua orang yang memeluk agama seperti orang hindu mungkin dia akan merasa nyaman karena memeluk agamanya apalagi agama Islam yang notabennya agama satu-satunya yang diterima disisi Alllah, kita mempunyai keyakinan seperti itu sehingga perasaan saat beragama itu merasa nyaman dan baghagia serta mempunyai makna. Cuman menurut saya jadi  tergantung orang yang beragamanya. Sekalipun sama-sama Islam tetapi dalam pemaknaanya, perasaan dan yang dirasakan mungkin tergantung pada ilmu yang dia miliki. Semakin banyak ilmu yang diamalkan maka akan emakin dekat dengan Allah dan lebih terasa nyaman”.
Dini
:
“Sekarang ini kegiatan keberagamaan apa yang sering bapak lakukan selain ibadah yang wajib?”.
Pak Endang
:
“Saya memang sekarang ya sedang belajar sabar walaupun tidak semua bisa dilakukan,  sedang belajar ikhlas walaupun tidak disenangi artinya pekerjaan yang tidak disenangi harus dikerjakan sebagai suatu keharusan”.



SESI KETIGA
Dini
:
“Bagaimana perasaan dan pesan bapak setelah mengikuti tiga sesi wawancara ini”.
Pak Endang

“Perasaannya ya sedikit senang, karena apa yang dirasakan dapat dicurahkan”.
Dini

“Allhamdulillah kalau begitu, dan juga sebagai bukti bahwa bapak telah mengikuti wawancara, apakah bapak berkenan mengisi surat keterangan ini?”.
Pak Endang

“Oh, iya”.
Dini

“Terima kasih pak atas kesediaan bapak untuk menandatangi surat keterangan ini, terima kasih juga atas waktunya. Mohon maaf apabila ada salah dalam perkataan, semoga kita bisa bertemu kembali. Assalamu’alaikum”
 


DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2012). Life-span development. Jakarta: Erlangga.
Sutriani, N. M. (2012). Karakteristik perkembangan masa dewasa. [Online]. Diakses dari: https://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/22/karakteristik-perkembangan-masa-dewasa/.
Zahroh, A. D. (2014). Pandangan islam tentang tuhan, agama, dan makna hidup dan kontribusinya terhadap konseptualisasi pendidikan islam. [Online]. Diakses dari: https://www.academia.edu/9543439/Pandangan_Islam_tentang_Tuhan_Agama_dan_Makna_Hidup.

No comments:

Post a Comment

Rancangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Klasikal

  RENCANA PELAKSANAAN LAYAN...