LAPORAN 1:
RENCANA WAWANCARA DAN DESKRIPSI
WAWANCARA SESI 1
Off Campus Teaching atau yang lebih
dikenal dengan OCT merupakan bagian dari perkuliahan yang dilaksanakan di luar
kampus. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Pemajanan Dini (early exposure experience) yang
dilaksanakan di Kota Garut. Dalam kegiatan ini setiap individu mendapatkan
tugas dari mata kuliah Psikologi Orang Dewasa yang ditugaskan untuk mewawancara
orang dewasa. Agar pembagiannya adil dilaksanakan dengan cara dibuat undian
yang berisi tulisan mengenai fase-fase masa dewasa yaitu dewasa awal, dewasa
madya atau dewasa akhir. Setelah setiap individu mengetahui fase orang dewasa
yang akan diwawancara maka setiap individu juga mempersiapkan serta membuat
daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber mengenai karakteristik perilaku,
permasalahan dan pribadi orang dewasa.
Alasan saya mewawancara orang dewasa
madya karena sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa pembagian tugas
mewawancara itu dilaksanakan dengan cara diundi sehingga saya mendapat bagian
dari undian itu adalah orang dewasa madya.
Tujuan pelaksanaan wawancara ini
yaitu untuk melaksanakan tugas akhir sebagai pengganti Ujian Akhir Semester
dari mata kuliah Psikologi Orang Dewasa yang diampu oleh Prof. Dr. H. Cece
Rakhmat, M.Pd. dan Dra. Setiawati, M.Pd.
Kerangka wawancara yang akan
diajukan kepada narasumber terbagi menjadi tiga sesi. Wawancara pertama
dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Mei 2015, pada pukul 09.18 WIB yang
dilaksanakan di Mts Persatuan Islam 76 Tarogong. Wawancara ini
dimulai dari perkenalan diri sendiri dan perkenalan narasumber, menjelaskan
maksud dan tujuan melaksanakan wawancara. Kemudian menjelaskan mengenai tahapan
wawancara yang terbagi menjadi tiga sesi yang dilaksanakan pada hari yang
berbeda serta bertanya mengenai kesanggupan narasumber untuk mengikuti
pelaksanaan wawancara sebanyak tiga sesi tersebut. Dan juga pada sesi pertama
wawancara yaitu menggali karakteristik dan pribadi orang dewasa madaya itu.
Pertanyaan yang diajukan yaitu: Nama lengkap bapak siapa? Apakah bapak
sudah menikah? Sekarang bapak mempunyai anak berapa? apa riwayat pendidikan
terakhir bapak? pekerjaan bapak sekarang apa? Bapak mengajar mata pelajaran
apa? Selain mengajar aktivitas apa yang sering bapak lakukan? Pada tahun berapa
bapak mulai mengajar di sekolah ini?
Wawancara
karakteristik perilaku, permasalahan dan pribadi orang dewasa ini dilakukan
kepada pak Endang yang lahir di Bandung pada tahun 1969, saat ini pak
Endang berusia 46 tahun. Pak Endang sekarang tinggal di Rancabogo, 03/07 Desa
Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut. Pak Endang bekerja sebagai seorang
guru dengan mata pelajaran Akidah Akhlak di Mts Persatuan Islam 76 Tarogong,
Garut. Pak Endang juga berstatus menikah yang dikaruniai 5 orang anak serta 1
orang cucu. Pak Endang lulus di Aliyah berusia 25 tahun karena pada waktu kelas
5 SD pak Endang mengulang lagi sekolah di MI menjadi kelas 1 lagi. Setelah
lulus di MI pak Endang mengikuti pendidikan selama 1 tahun untuk masuk
Tsanawiyah dan setelah itu langsung melanjutkan ke Aliyah pada tahun 1993. Setelah
itu melanjutkan lagi pendidikannya di Sekolah Persatuan Islam Garut. Pak Endang
hanya melajang selama 13 hari saja setelah menyelesaikan sekolahnya dan
langsung menikah. Pak Endang mulai dipercaya untuk mengajar sejak kelas 1
Aliyah tetapi resmi diangkat menjadi guru tahun 1994. Pak Endang juga aktif
dibeberapa organisasi seperti organisasi Persis cabang Tarogong, aktif di LPM
desa, menjadi ketua kelompok tani di daerah Karang Pawitan, serta banyak
berperan dalam Unit Usaha di desanya.
Rencana sesi kedua yaitu akan dilaksanakan pada
hari Rabu, 13 Mei 2015 sekitar pukul 08.30. Pada sesi ini akan lebih menggali
mengenai permaslahan dan perilaku pak Endang. Pertanyaan yang akan diajukan megenai
perubahan fisik dan agama. Pertanyaan itu diantaranya: apakah dengan
usia yang sekarang bapak mengalami perubahan fisik? Apakah ada perbedaaan
mengenai perubahan fisik dari masa muda dengan masa madya sekarang? Jika
terjadi perubahan fisik, perubahan apa saja? Tanda-tanda apa yang dirasakan
ketika terjadi perubahan fisik? Bagaiman dengan tinggi badan dan berat badan
bapak? Bagaimana perbedaan kekuatan fisik dari masa muda dengan kekuatan fisik
pada masa sekarang? Bagaimana dengan kondisi penglihatan dan pendengaran bapak
pada masa sekarang? Apakah bapak memiliki masalah tentang tidur? Bagaimana
jumlah jam total istirahat pada masa sekarang, apakah waktu untuk bangun yang
dipergunakan menjadi meningkat? Apakah bapak suka dengan berolahraga? Jika
suka, kegiatan olahraga apa yang sering bapak lakukan? Berapa kali dalam
seminggu bapak melakukan kegiatan olahraga itu? Menurut bapak pribadi apa makna
agama itu? Apa sih yang bapak rasakan ketika beragama? Manfaat agama bagi bapak
secara pribadi apa? Sekarang ini kegiatan keberagamaan apa yang sering bapak lakukan
selain ibadah yang wajib?
Dan pada sesi ketiga saya ingin mengetahui kesan
dan pesan selama narasumber diwawancara dan diakhiri dengan penandatanganan
bukti wawancara.
LAPORAN 2:
LAPORAN AKHIR WAWANCARA DAN
KONSEPTUALISASI
Masa dewasa madya dimulai pada usia kurang lebih
40 sampai 60 atau 65 tahun. Usia dewasa madya merupakan usia transisi dari adulthood ke masa tua. Transisi itu
terjadi baik pada fungsi fisik maupun psikisnya. Bagi
sebagian besar orang, masa dewasa madya adalah masa dimana terjadi penurunan
keterampilan fisik dan meluasnya tanggung jawab; sebuah periode dimana
seseorang menjadi lebih sadar mengenai polaritas usia muda dan berkurangnya
jumlah waktu yang masih tersisa di dalam hidup; suatu titik dimana seseorang
berusaha meneruskan sesuatu yang bermakna kepada generasi selanjutnya; suatu
masa dimana seseorang telah mencapai dan membina kepuasan dalam karirnya.
Singkatnya masa dewasa madya mencakup ‘keseimangan antara pekerjaan dan tanggung
jawab relasi di tengah-tengah perubahan fisik dan psikologis yang berlangsung
seiring dengan proses penuaan’ Lachman (dalam Santrock, 2012, hlm. 75).
Karakteristik pada usia madya merupakan periode
yang sangat ditakuti karena usia madya ini akan mendekati masa dewasa akhir;
usia madya merupakan usia transisi dimana seseorang akan mengalami perubahan
secara jasmani; usia madya adalah usia canggung dimana seseorang yang berusia
madya bukan “muda” lagi, tapi bukan juga tua; serta usia madya juga merupakan
masa evaluasi, menurut Archer (dalam Hurlock, 1980, hlm. 232) mengatakan bahwa
“usia madya nampaknya menuntut perkembangan perasaan yang lebih nyata dan
berbeda dari orang lain”.
Menurut Hurlock karakteristik pada masa
dewasa madya yaitu, aspek fisik
sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indera, dan mengalami
sakit dengan penyakit tertentu yang belum pernah dialami dan tugas-tugas
perkembangan yang meliputi memantapkan pengamalan ajaran agama, mencapai
tanggung jawab sosial sebagai warga negara, membantu anak remaja belajar
dewasa, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan pada aspek fisik,
mencapai dan mempertahankan prestasi karier, memantapkan peran-perannya sebagai
orang dewasa.
Dari penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa
setiap orang pasti akan sampai pada masa perkembangan dewasa madya dimana akan
terjadinya terjadinya kemunduran fungsi
sel-sel atau organ tubuh sehingga kinerja gerak, kesehatan, pola pikir dan
sebagainya mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil wawancara, pak Endang
mengungkapkan bahwa banyak sekali terjadi perubahan perkembangan secara fisik,
gairah bekerja yang banyak mengalami perubahan, dan semangat kerja pun yang
dahulunya pekerja keras yang menguras banyak tenaga dan pikiran sejak masa
sekarang mulai menurun. Secara fisik pak Endang masih terlihat sehat namun
menurut pak Endang pada usia sekarang ini banyak penurunan fisik yang terjadi
karena mungkin sudah waktunya. Seperti pada kulit yang sudah mulai kendur. Ini
membuktikan bahwa terjadinya perubahan sel-sel yang mulai menurun sehingga
membuat kulit menjadi tidak kencang lagi. Biasanya tanda-tanda penuaan akan
terlihat pertama kali di usia empat puluhan atau lima puluhan. Kulit mulai
berkerut dan mengendur karena kehilangan lemak dan kolagen yang terletak di bawah
jaringan kulit, Farage & kawan-kawan (dalam Santrock, 2012, hlm. 77). Perubahan
ini dapat mendeskripsikan bahwa rentan usia seseorang dapat mempengaruhi
kondisi fisik.
Di usia paruh baya beberapa aspek dalam tidur
menjadi lebih bermasalah, McCrae & Dubyak (dalam Santrock, 2012, hlm. 80).
Dahulu ketika pak Endang sering bergadang bahkan
tidak tidur sekalipun selama dua hari itu bukanlah sebuah masalah, namun ketika
sekarang pak Endang kurang tidur, pak Endang sering kali merasakan cape dan
lelah.
Menurut Hoyer
& Roodin, (dalam
Santrock, 2012, hlm. 77). Pada masa dewasa madya, tinggi tubuh setiap
individu dapat mengalami penyusutan, sementara berat tubuh bertambah. Pada
usianya yang sekarang pak Endang juga mengalami peningkatan berat badan yang sangat jauh berbeda
dibandingkan dengan masa mudanya, namun pak Endang mengatakan bahwa tidak semua
orang mengalami peningkatan berat badan.
Menurut Doran & kawan-kawan, (dalam Santrock,
2012, hlm. 78) istilah sarcopenia
merujuk pada kehilangan massa otot dan kekuatan. Fungsi puncak dari sendi-sendi
biasanya terjadi pada usia duapuluh tahunan. Pada masa dewasa madya bantalan
yang diperlukan untuk pergerakan tulang seperti otot menjadi kurang efisien,
pada masa ini sendi menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan. Teori ini sesuai
sekali dengan hasil wawancara terhadap pak Endang, bahwa kekuatan, daya tahan,
dan kelenturan sendi pak Endang sudah mulai terjadi penurunan dbandingkan pada
masa dewasa awal, dimana pada masa dewasa awal sangat banyak
aktivitas-aktivitas yang dapat pak Endang lakukan, namun sekarang tidak semua
aktivitas dapat dilakukan terutama aktivitas yang berat. Hal tersebut
disebabkan karena faktor usia yang semakin bertambah, akan tetapi pada saat ini
pak Endang masih cukup gesit dan dapat bergerak dengan normal dalam melakukan
aktifitasnya, hanya saja tidak selincah seperti pada masa mudanya. Secara umum
menurunnanya kesegaran fisik dan memburuknya kesehatan dimulai pada usia
pertengahan emapatpuluh tahunan, yang terdapat penigkatan dan ketidakabsahan
yang berlangsung sangat cepat, (Hurlock, 1980, hal. 328)
Perubahan yang paling merpotkan dan nampak terdapat
pada mata dan telinga, perubahan fungsional dan generatif pada mata berakibat
mengecilnya bundaran kecil pada anak mata, mengurangnya ketajaman mata.
Kebanyakan orang yang berusia madya mengalami presbiopi, yaitu kehilangan
secara berangsur-angsur akomodasi lensa mata sebagai akibat dari menurunnya
elastisitas lensa mata. Antara umur empatpuluh sampai limapuluh tahunan daya
akomodasi lensa mata biasanya tidak mampu untuk melihat dengan jarak dekat
sehingga terpaksa harus memakai kacamata, Hurlock (1980, hal. 327). Dilihat
dari hasil wawancara, perkembangan sensori pak Endang yang mencakup
penglihatannya dapat dideskripsikan bahwa kesehatan penglihatannya sudah mulai
menurun jika dibandingkan dengan usia mudanya karena penglihatannya sudah mulai
tidak jelas yang disebabkan oleh gangguan silindris pada matanya. Pada matanya,
pak Endang merasakan ketika membaca dengan jarak yang dekat memakai kacamata
pak Endang melihatnya kurang jelas tapi objek yang jauh kelihatan, sedangkan
jika tidak memakai kacamata pak Endang merasa jelas saat membaca tetapi objek
yang jauh tidak kelihatan Pada perkembangan sensoris yang mencakup
pendengaran, pak Endang masih dapat mendengar dengan baik, namun jika
dibandingkan dengan masa mudanya ada sedikit perubahan. Asesmen auditori
mengidentifikasikan bahwa kehilangan pendengaran pada usia 50 persen terjadi
pada individu usia 50 tahun ke atas Flower & Leigh-Paffenroth (dalam
Santrock, 2012, hlm. 78). Hal tersebut terjadi mula-mula kepekaan terhadap nada
tinggi menjadi berkurang, kemudian menurun secara drastis sesuai dengan
meningkatnya usia, Hurlock (1980, hal.
327)..
Perkembangan kesehatannya juga telah terjadi
penurunan, seperti pada saat ini hanya mudah lelah yang dirasakan terbukti
dalam wawancara beliau berkata bahwa sekarang tidak banyak melakukan aktivitas
yang berat dibandingkan pada usia mudanya. Namun sampai saat ini ia sehat-sehat
saja tanpa mempunyai penyakit kronis.
Sehingga pada masa dewasa madya ini pak Endang
berkata bahwa dengan usia yang sekarang pak Endang tidak mau dibebani oleh
pikiran yang berat-berat. Pak Endang hanya ingin menikmati kehidupan dimasa
sekarang dan seterusnya.
Agama adalah ajaran, keyakinan,
kepercayaan, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan YME. Agama telah menjadi sumber pegangan hidup banyak orang,
termasuk salah satunya adalah pak Endang yang menganut ajaran Islam. Agama
menjadikan umat Islam mempunyai petunjuk untuk melakukan jalan yang benar dan
lurus.
Menurut Frankl (dalam Santrock, 2012, hlm.
97) menyebutkan tiga kualitas yang hanya
dimiliki oleh manusia yakni spiritualitas, kebebasan dan tanggung jawab.
Menurut Frankl manusia perlu mengajukan prtanyaaan kepada dirinya sendiri seperti
mengapa mereka ada?. Dari hasil wawancara, pak Endang mengatakan bahwa manusia berada dimuka bumi
ini tidak semata-mata diciptakan melainkan untuk beribadah kepada Allah, oleh
karena itu manusia beragama. Pak Endang merasakan bahwa selama beragama itu
adalah sebagai rahmat dari Allah SWT walaupun orang yang tidak beragama lebih
bebas namun apa yang dilakukannya itu akan menjadi sia-sia bukan sebagai ibadah
sedangkan orang yang beragama itu melakukan sesuatu sebagai suatu ibadah
contohnya saja ketika minum. Orang yang beragama ketika minum dianggap sebagai
ibadah selama minum dengan cara yang baik dan itu menuruti aturan yang benar
sedangkan orang yang tidak beragama yang minum tidak memiliki nilai sama
sekali. Sehingga manfaat beragama itu sudah jels adanya sudah jelas ada. Karena
Allah SWT tidak semata-mata menciptakan manusia melainkan untuk beribadah
kepada-Nya. Menurut ia manfaat beragama itu menemukan kesenangan yang tidak
bisa dinilai dan tidak bisa disamakan dengan orang lain. Seperti orang yang
beragama Hindu mungkin akan merasa nyaman karena itu agamanya apalagi agama
Islam yang notabennya adalah agama satu-satunya yang akan diterima di sisi
Allah karena kita mempunya keyakinan itu, sehingga akan ada perasaan nyaman dan
akan menimbulkan makna tersendiri. Jadi menurutnya makna beragama itu
tergantung pada seseorang yang beragama. Walaupun orang Islam, seseorang tidak
akan merasa dekat dengan Allah jika dalam beragama kurang dalam ilmunya berbeda
dengan orang yang banyak ilmunya yang kemudian diamalkan, ia akan merasa nyaman
dan dekat bersama Allah SWT.
Roy Baumeister & Kathleen Vohs (dalam
Santrock, 2012, hlm. 97) menyatakan bahwa pertanyaan yang menyangkut makna
hidup dapat dipahami menurut empat kebutuhan akan makna beragama, yang nantinya
akan akan membimbing bagaimana membuat makna dari hidup itu sendiri: 1)
kebutuhan dan keterarahan; 2) kebutuhan akan nilai; 3) kebutuhan akan
penghayatan terhadap efficacy; 4) kebutuhan akan nilai diri. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan pak Endang ketika melakukan wawancara, bahwa dengan
beragama hidup kita menjadi terarah untuk hidup ke masa depan karena memiliki
sebuah aturan, semua yang kita kerjakan tidak pernah sia-sia melainkan semua
itu memiliki nilai dan dianggap sebagai sebuah ibadah kepada Allah SWT, dengan
beragama seseorang dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak,
serta dengan beragama seseorang akan menemukan pemaknaan dalam hidupnya yang
merasa sehat secara fisik dan merasa lebih bahagia daripada mereka yang belum
menemukan makna hidup karena tidak beragama.
LAPORAN 3: EVALUASI DIRI
Alasan saya memilih tentang perubahan fisik
karena biasanya di fase dewasa madya banyak sekali perubahan fisik yang tampak,
ini disebabkan karena fase dewasa madya merupakan fase transisi antara fase
dewasa awal dan dewasa akhir. Dengan
mengetahui semua tentang perubahan fisik di fase dewasa madya mungkin saya
dapat melakukan tindakan prepentif sebelum memasuki fase dewasa madya itu.
Saya juga memilih tentang agama karena saya ingin
mengetahui seberapa penting makna, manfaat agama bagi orang yang sedang berada
dalam fase dewasa madya dan untuk mengetahui kuantitas agama pada fase ewasa
madya dibandingkan dengan mada masa mudanya.
Wawancara dengan pak Endang ini merupakan
wawancara yang dilakukan pertama kalinya selama saya berada dibangku
perkuliahan. Wawancara sesi pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2015,
pada pukul 09.18 WIB di Mts Persatuan Islam 76 Tarogong, pada sesi
pertama adalah sesi perkenalan untuk mengetahui latar
belakang serta menggali karakteristik perilaku dan pribadi narasumber, sesi
pertama hanya sampai 9 menit saja dan tidak terlalu banyak yang diceritakan
karena narasumber terlihat sangat buru-buru, sehingga pertanyaan yang diajukan
pada sesi pertama tidak sesuai dengan daftar pertanyaan yang dibuat sebelumnya
karena masih ada pertanyaan-pertanyaan yang belum tersampaikan. Dalam wawancara sesi pertama saya merasa tata
letak ruang dan posisi duduk saat wawancara terlalu formal mungkin karena
dengan seorang guru melakukan wawancaranya sehingga pada saat wawancara terasa
kaku. Suasana pada saat wawancara pada sesi pertama tidak terlalu nyaman karena
saat wawancara bertepatan dengan jam istirahat para siswa, jadi suasananya
sedikit gaduh sehingga apa yang dibicarakan tidak teralu jelas.
Sesi wawancara yang kedua dilaksanakan pada hari
Rabu, 13 Mei 2015 sekitar pukul 08.30 WIB yang membahas tentang inti dari tugas
yang diberikan yaitu menggali permasalahan perilaku dan pribadi narasumber
tentang perubahan fisik dan agama. Sesi kedua ini dilaksanakan dengan sesi
ketiga dan hanya berlangsung kira-kira 20 menit saja. Suasana pada saat
wawancara sesi kedua lumayan nyaman karena wawancara dilakukan di ruangan yang
kosong yang jauh dari kelas-kelas.
Pada saat wawancara berlangsung saya sering kali
berseloroh dan juga sedikit gugup. Saat wawancara saya pun jarang melilhat ke
arah kamera. Ada sesi dimana saya dan narasumber saling terdiam. Dan banyak
pertanyaan yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan serta
pada saat pertama wawancara tidak memakai pertanyaan tetutup terlebih dahulu.
Pada saat narasumber selesai menjawab pada sesi pertama tidak cepat tanggap
atau tidak cepat memerikan pertanyaan selanjutnya.
Menurut teman saya kekuatan yang saya miliki
selama proses wawancara yaitu dapat memberikan respon dengan senyuman dan
menganggukan kepala, mendengarkan dengan penuh perhatian dan juga empati.
Rencana perbaikan apabila mendapatkan tugas untuk
wawncara saya akan mempersiapkan lebih baik dari pada wawancara sekarang,
berusaha untuk mengurangi rasa gugup dan mengurangi berseloroh. Berusaha lebih
akrab dengan narasumber supaya narasumber bisa lebih terbuka dalam wawancara.
Memperaiki sikap pada saat berlangsungnya wawancara.
SESI 1
Dini
|
:
|
“Assalamu’alaikum
wr.wb”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Wa’alaikumsalam
wr. wb”.
|
Dini
|
:
|
“Perkenalkan,
nama saya Dini Karlina Mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia,
disini saya mendapatkan tugas dari mata kuliah Psikologi Orang Dewasa untuk
mewawancari dewasa madya, wawancara ini terdiri dari 3 sesi, yang mungkin
bisa dilaksanakan hari ini, besok dan lusa”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Bagaimana
kalau dilaksanakan hari ini dan besok saja, karena lusa saya ada acara”.
|
Dini
|
:
|
“Baik
pak, wawancara ini kita laksanakan 2 sesi saja berarti ya, hari ini dan
besok, kita mulai saja ya Pak pada sesi pertama yaitu perkenalan, kalau boleh
tau nama lengkap bapak siapa?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Nama
lengkap Endang Suryana, asli Bandung, lahir tahun 1969 katanya, karena
awalnya saya tidak tahu maklum saya orang daerah. Lahir ditahun 1969-kan
karena dulu tidak mempunyai kartu keluarga”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“apakah
bapak sudah menikah?”.
|
Dini
|
:
|
“Sekarang
bapak punya anak berapa?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Anak
baru 5, dan cucu baru lahir tadi malam”.
|
:
|
“Bisa
bapak certakan riwayat pendidikannya?”.
|
|
Pak
Endang
|
:
|
“Mungkin
saya berbeda dengan yang lain, orang lain itu 25 tahun sudah kuliah dan saya
baru lulus Aliyah. Mengapa demikian? Karena ya memang dari faktor keadaan ya
mungkin pendidikan kurang dianggap penting. Sejarahnya ya lumayan panjang.
Dulu SD sampai kelas 5 selanjutnya masuk MI kelas satu yang mestinya kelas 6
mengulang lagi dari awal. Masuk 1 tahun utuk masuk Tsanawiyah, masuk
tsanawiyah 3 tahun lalu masuk Aliyah pada tahun 1991. Kemudian meneruskan
lagi di sekolah Persatuan Islam Garut”.
|
Dini
|
:
|
“pekerjaan
bapak sekarang apa”
|
Pak
Endang
|
:
|
“ya
seperti inilah, saya disini mengajar”.
|
Dini
|
:
|
“Bapak
mengajar mata pelajaran apa?”
|
Pak
Endang
|
:
|
“Saya
disini mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak”.
|
Dini
|
“Selain
mengajar aktivitas apa lagi yang sering bapak lakukan?”.
|
|
Pak
Endang
|
“Saya
aktif dibeberapa organisasi seperti organisasi Persis cabang Tarogong, aktif
juga di LPM desa, terus menjadi ketua kelompok tani di daerah Karang Pawitan,
dan juga banyak berperan dalam Unit Usaha di desanya”.
|
|
Dini
|
“Bapak mulai mengajar di MTs Persis
pada tahun berapa?”.
|
|
Pak
Endang
|
“Lulus Aliyah kan tahun 1993, mulai
mengajar ya 1994, tapi kan sebetulnya pada tahun 1991 juga sudah mulai
mengajar, pada waktu kelas 1 Aliyah sudah di percaya untuk mengajar karena
dianggapnya mungkin mampu oleh pesantren disini. Jadi saya diperbantukan mengajr
disini pada tahun 1991 dan resmi diangkat menjadi guru pada tahun 1994”.
|
|
“Segitu sudah cukup ya, maaf saya
sedang ada keperluan dulu, mungkin besok bisa dilanjutkan”.
|
||
Dini
|
“Oh, iya pak terima kasih atas
waktunya ya, semoga besok kita bisa ketemu kembali, assalamu’alaikum”.
|
|
Pak
Endang
|
“Iya, amin, wa’alaikumsalam”.
|
SESI 2 DAN SESI
3
Dini
|
:
|
“Assalamu’alaikum
wr.wb, allhamdullilah kita bisa bertemu kembali ya pak di acara wawancara
ini”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Sekarang
wawancara ke dua dan ketiga ya, soalnya saya besok ada acara”.
|
Dini
|
:
|
“Iya
pak. Setelah kemarin perkenalan, disini saya akan sedikit bertanya tentang
perkembangan fisik dan agama. Saya ingin bertanya kepada bapak, apakah di
usia yang sekarang bapak mengalami perubahan fisik?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Ya,
jelas ya karena itu mungkin manusiawi dan memang alami. Dari mulai seiring
dengan perkembangannya, manusia semakin tua usianya secara fisik mengalami
perubahan dari yang asalnya kulitnya kencang sekarang meotan (keriput). Ari
meotan mah acan tapi secara gairah kerja sudah mengalami perubahan. Dari masih mudah kan egois dan idealis
namun sekarang sudah ada bijak-bijaknya. Kenapa sampai ada kebijakan? Karena
sesuai kemampuan kita. Kalau kita dulu idealis supaya menjadikan anak menjadi
idealis, karena kita menunjangnya juga sangat keras dan mampu
untuk mengidealiskan anak dan mengidealkan sesuatu. Kalau sekarang ya
mungkin untuk ke idealis itu penunjangnya tidak memenuhi karena mengalami
perubahan sehingga munculah kebijakan-keijakan. Yang dulu ketika salah ya
salah, karena kitanya juga dulu 100%, nah sekarang terbentur dengan fisik
tadi yang semakin melemah dan ada hambatan-hambatan. Kalau dulu kurang tidur
juga ya merasa biasa saja. Ketika masih jadi anak muda tidak tidur semalam
atau dua malam masih bisa dan kuat namun sekarang kurang tidur saja terasa
cape lelah dan lainnya”.
|
Dini
|
:
|
“Bagaimana
dengan berat badan bapak sekarang?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Dulu
saya paling tinggi dikisaran 65 dan paling-paling tinggi 75, sekarang
berjalan saja saya merasa berat sekalipun olahraga dipacu, kadang-kadang saya
berjalan digunung untuk mengeluarkan keringat dan juga bulutangkis seminggu 2
kali, namun kemarin berat badan menjadi 80.
Namun kan tidak semua orang yang menginjak usia tua selalu berat kan”.
|
Dini
|
:
|
“Terus
bagaimana dengan penglihatan bapa itu sendiri?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Nah
kalau penglihatan saya merasa aneh, kalau melihat yang cantik pasti jelas.
Tapi sekarang saya mengali silindris, dulu memang normal dan sekarang ada
perubahan, kalau membaca dekat memakai kacamata kurang enak tapi yang jauh
kelihatan sedangkan kalau tidak memakai kacamata enak membaca tapi yang jauh
tidak kelihatan”.
|
Dini
|
:
|
“Kalau
tentang pendengaran bapak bagaimana?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Kalau
dibanding-banding sama dulu memang ya bebeda, tapi anehnya saya tidak bisa
tidur ketika ada yang berisik ya mungkin masih bisa mendengar dengan baik”.
|
Dini
|
:
|
“Bagaimana
dengan masalah tidur bapak?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Kalau
anak muda tidur dimanapun dan kapanpun juga bisa, namun sekarang tidak bisa
kalau tidur lebih dari jam 12 malam dan jiika tidur lebih dari jam 12
ujung-ujungnya saya sakit. Dan juga sekarang ketika mempunyai anak yag masih
kecil juga menjadi hambatan untuk tidur, apalagi kalau anak sedang sakit”.
|
Dini
|
:
|
Áktivitas
bapak dari yang dulu dengan sekarang apakah ada perubahan? Misalnya banyak
dulu atau banyak sekarang?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Yang
jelas bisa dikatakan banyak dulu bisa, banyak sekarang.... ya kalau banyak
sekarang maunya karena fisiknya terasa menurun, hanya rasanya dalam pikiran
itu ingin menikmati kehidupan, dalam artian pokoknya tidak mau dibebani
dengan beban yang berat-berat. Kalau dulu apapun asal ada orang yang mempercayai
sekalipun kita belum bisa berusaha untuk selalu bisa karena dulu saya orang
yang paling muda yang bergabung di dalam pimpinan pesantren. Pernah menjadi
kepala pondok dan pada saat itu mengurus anak 300-400. Dulu kontak person itu
hanya satu dan harus melayani semuanya sehinggs 24 jam harus melayani. Dan
tidak merasa tidak ada masalah karena dulu masih fit. Dan aktivitas dari dulu
hingga sekarang hapir sebanding namun maunya sekarang tidak mau beban yang
keras-keras”.
|
Dini
|
:
|
“Jadi
dapat disimpulkan bahwa bapak mengalami perubahan fisik namun tidak jauh
terlalu berbeda dengan dulu”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Iya
jelas, perasaan saya masih tetapi saya sudah mempunyai cucu, namun ketika
kita tidak sadar akan diri seolah-olah tidak terasa. Tapi kn sekarang tenaga
sudah mulai berkurang, kemampuan berfikir juga sudah mulai menurun, idealnya
kan orang yang sering belajar semakin pintar tapi nyatanya kan berbeda-beda.
Wallahu a’lam”.
|
Dini
|
:
|
“Selanjutnya
saya akan bertanya mengenai agama, menurut bapak pribadi apa sih makna agama
itu?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Kalau
menurut saya, makna agama itu adalah aturan yang memang sudah tersurat”.
|
Dini
|
:
|
“Apa
sih yang bapak rasakan ketika beragama?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Yang
jelas, yang dirasakan oleh saya khususnya dalam agama islam itu merupakan
rohmatan bagi semua alam. Hanya kita bisa membandingkan kalau orang yang
beragama memiliki aturan walaupun secara detail orang yang tidak beragama
mereka lebih bebas, artinya lebih bebas bersenang-senang serta pola
kehidupannya demi dunia tapi apalah semua itu hanya sia-sia. Karena hidup
beragama itu punya makna artinya ketika orang yang tidak beragama minum dan
orang yang beragama minum hanya nilai minum itulah yang berbeda. Mungkin
orang yang tiak beragama mungkin hanya sebatas minum namun orang yang
beragama minum mempunyai makna artinya beribadah mempunyai nilai, mempunyai
penghargaan dari Allah selama minumnya itu mengikuti aturan”.
|
Dini
|
:
|
“Kalau
manfaat agama bagi bapak secara pribadi apa?
|
Pak
Endang
|
:
|
Agama
bagi kehidupan itu ya jelas karena manusia itu tidak semata-mata diciptakan
melainkan untuk beribadah. Manfaatnya yamenemukan kesenangan yang tidak bisa
dinilai dan tidak bisa disamakan dengan orang lain. Karena semua orang yang
memeluk agama seperti orang hindu mungkin dia akan merasa nyaman karena
memeluk agamanya apalagi agama Islam yang notabennya agama satu-satunya yang
diterima disisi Alllah, kita mempunyai keyakinan seperti itu sehingga
perasaan saat beragama itu merasa nyaman dan baghagia serta mempunyai makna.
Cuman menurut saya jadi tergantung
orang yang beragamanya. Sekalipun sama-sama Islam tetapi dalam pemaknaanya,
perasaan dan yang dirasakan mungkin tergantung pada ilmu yang dia miliki.
Semakin banyak ilmu yang diamalkan maka akan emakin dekat dengan Allah dan
lebih terasa nyaman”.
|
Dini
|
:
|
“Sekarang
ini kegiatan keberagamaan apa yang sering bapak lakukan selain ibadah yang
wajib?”.
|
Pak
Endang
|
:
|
“Saya
memang sekarang ya sedang belajar sabar walaupun tidak semua bisa
dilakukan, sedang belajar ikhlas
walaupun tidak disenangi artinya pekerjaan yang tidak disenangi harus
dikerjakan sebagai suatu keharusan”.
|
SESI KETIGA
Dini
|
:
|
“Bagaimana
perasaan dan pesan bapak setelah mengikuti tiga sesi wawancara ini”.
|
Pak
Endang
|
|
“Perasaannya
ya sedikit senang, karena apa yang dirasakan dapat dicurahkan”.
|
Dini
|
|
“Allhamdulillah
kalau begitu, dan juga sebagai bukti bahwa bapak telah mengikuti wawancara,
apakah bapak berkenan mengisi surat keterangan ini?”.
|
Pak
Endang
|
|
“Oh,
iya”.
|
Dini
|
|
“Terima
kasih pak atas kesediaan bapak untuk menandatangi surat keterangan ini,
terima kasih juga atas waktunya. Mohon maaf apabila ada salah dalam
perkataan, semoga kita bisa bertemu kembali. Assalamu’alaikum”
|
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2012). Life-span development. Jakarta: Erlangga.
Sutriani, N. M. (2012). Karakteristik perkembangan masa dewasa. [Online]. Diakses dari: https://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/22/karakteristik-perkembangan-masa-dewasa/.
Zahroh, A. D. (2014). Pandangan islam tentang tuhan, agama, dan makna hidup dan kontribusinya
terhadap konseptualisasi pendidikan islam. [Online].
Diakses dari: https://www.academia.edu/9543439/Pandangan_Islam_tentang_Tuhan_Agama_dan_Makna_Hidup.
No comments:
Post a Comment